PROBOLINGGO, Korandor.com – ACUNG jempol patut diberikan kepada Kota Probolinggo. Sebab, kota yang kini dipimpin Walikota Rukmini ...
PROBOLINGGO, Korandor.com – ACUNG jempol
patut diberikan kepada Kota Probolinggo. Sebab, kota yang kini dipimpin Walikota Rukmini itu berhasil
mempertahankan penghargaan Adipura untuk ke-12 kali secara berturut-turut. Prestasi
luar biasa bagi sebuah sebuah kota
kategori sedang.
Kali
ini Kota Probolinggo meraup poin 76,42. Kinerja pengelolaan sampah,
pengembangan energi baru dan terbarukan serta pelibatan atau partisipasi warga masyarakat
menjadi modal utama. Tentu dibarengi dengan komitmen besar dan bertalu-talu dari
semua jajaran pemerintah daerah. Paling tidak itu pengakuan Budi Kris, Kepala
Dinas Lingkungan Hidup Kota Probolinggo.
Budi
Kris menyebut berbagai langkah dilakukan antara lain meningkatkan efektivitas
pengelolaan persampahan dan meningkatkan kualitas Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan (RTHKP). “Kami pun serius
dalam meningkatkan penghijauan di kota ,
meningkatkan efektivitas sanitasi, meningkatkan sosialisasi penyadaran
masyarakat dan terus ditingkatkan setiap tahun guna mencari solusi dalam menggaet
partisipasi masyarakat secara terus menerus,” tambah mantan Kepala Bappeda iitu.
Lalu,
apa saja program pendukung Adipura di tahun 2019 ini? Ia menyebut energi baru dan
terbarukan di Kota Probolinggo dilaksanakan di beberapa titik. Sebut saja pengolahan
limbah sampah TPA menjadi gas methan sebagaimana sejauh ini telah coba dimanfaatkan
oleh masyarakat di sekitar TPA.
Kemudian
pengolahan limbah pabrik tahu di Kedungasem juga telah dimanfaatkan masyarakat
sebagai gas untuk kebutuhan memasak. Menurut rencana pada Februari mendatang
pengolahan limbah serupa akan kembali dilaunching di Kelurahan Jrebeng Kidul.
Pengolahan energi itu melibatkan paling tidak sekitar 80 kepala keluarga
penerima manfaat.
Pada
2019 ini DLH Kota Probolinggo juga mengagendakan kajian perluasan TPA dan
kajian penutupan sel I di TPA. Diharapkan melalui kajian itu pada tahun 2020
sudah dimulai aksi perluasan TPA dan tahun 2020 juga direncanakan sudah akan dioperasionalkan.
Apalagi mengingat kondisi TPA Bestari di Jalan Anggrek sudah over kapasitas dan
memerlukan tindakan nyata agar mampu menampung sampah dari seantero Kota Probolinggo.
“Pelaksanaan
3R (Reuse Reduce Recycle) harus terukur penggunaannya kembali, pengurangan dan
daur ulangnya. Terukur pengurangan sampah sampah plastik, energi baru
terbarukan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau serta peningkatan kualias air
pada sungai dan drainase,” tambah pria berkumis itu.
Ia
pun berharap, segenap elemen masyarakat semakin memahami betapa penting
meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap kebersihan lingkungan. Terutama
menyangkut persampahan dan sanitasi menuju Probolinggo sebagai Kota Berdaya
Saing dan Berkelanjutan.
Dalam
peningkatan kualitas lingkungan hidup terutama persampahan sangat diharapkan dukungan
berbagai pihak. Legislatif, tokoh masyarakat, tokoh ulama/pemuka agama dan
lain-lain. Tak kalah penting mendukung percepatan penyadaran masyarakat, peningkatan
kepedulian dan penegakan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (hum/is/woko/red/tom)
COMMENTS